Friday, June 11, 2010

jangan tunggu lagi

17.40 WIB

Apa yang bisa dilakukan seorang ingusan dalam sebuah perubahan?
Masa bodo sebesar atau sekecil apapun perubahan itu.
Mungkinkah pribadi yang langka akan letupan gairah bisa melakukannya?
Jiwa yang telah lama diremehkan, didera, dihantam bogem cacian, apakah masih punya nyawa untuk bangkit?
Masih bisa ngga sih sebongkah badan yang tersusun atas jutaan sel ini membuktikan pada dunia bila ia tidak secemen itu?
Tunggu.
Jangan buktikan pada dunia.
Untuk apa?
Gue engga setuju.

Hei, bocah ingusan..!

Dunia tidak akan memberimu makan
Dunia tidak akan peduli apa yang sudah, sedang, dan akan terjadi sama lo
Duniapun enggan mengurusi berpijak di mana kaki lo.

Dunia sudah sibuk.
Kalo lo merasa ingin menghubungi dunia, sorry man, yang lo dapet cuma mesin penjawab telvon.
Paling-paling '...Anda ada di antrian nomer sejuta sekian, silahkan tunggu'
Trus, buat apa? Buat apa menunggu segitu lama untuk ngasih liat kalo lo bisa memberikan perubahan?

Manusia.
Ya, itulah manusia.
Selalu ingin mencapai sesuatu yang diawang-awang.
Kalo dulu ada pelajaran pribahasa yang bilang,
semut di seberang sungai keliatan, giliran gajah di pelupuk mata, ngga keliatan.
Semuanya mendadak kasat.

Paksa diri lo bangun.
Kasih sedikit tenaga buat berjalan ke arah kaca.
Siapa yang lo liat di sana, adalah siapa yang paling berhak mendapat pembuktian dari lo.
Yap.
Diri lo sendiri.

Susah payah lo mau buktiin ke dunia, brur???
no way. yes way. no way lah!!
Gamparin dulu diri lo.
Sadarin.

Ngga ada yang lebih pantes buat menerima gebrakan perubahan selain diri lo.
Gebrakan seperti botol-botol kecap yang selalu dihantam ke meja oleh penjual Soto Gebrak.
Terserah seperti apa pembuktiannya
Mau secara terang-terangan atau gerilya, itu kan hanya cara.
Yang penting kan kontennya.

Berubahlah disaat otak, syaraf, indera, dan organ lo masih bisa dipekerjakan
Jangan menunggu sampai berkarat.
Jangan menunggu sampai sekarat.
Ini saatnya.

No comments:

Post a Comment