Wednesday, November 24, 2010

dansa dansi kelompok huruf

10.00 WIB

Permainan kata berlanjut.
Berselingkuh dengan media baru yang berisi 140 karakter
Segala yang mikro tentu tidak seleluasa yang makro
Segala yang mikro memaksa otak diperas lebih rodi
Pola kalimat berubah mengikuti keterbatasan
Perselingkuhan berlanjut. Selingkuh antar negara
Indonesia, Inggris, kadang Perancis serta German
Tidak trendi bila hanya menggunakan satu bahasa
Untung saja kamus online mengerahkan banyak portalnya
Satu dua klik bisa menterjemahkan segala arti
Tafsir kanan kiri berusaha memadatkan karakter
Membagi sepertiga pikiran
Sepertiga hati dan sepertiga spontanitas
Lengkap.

Ada drama, ada komedi, ada pula dibuang sayang
Seperti memindahkan televisi ke dalam layar blackberry
Tanpa ada sensor dan takut akan somasi
Semua bebas manjakan opini disulam dengan gerak jari
Tidak ada pihak berwajib di dalam sana
Hanya ada kita-kita, gelonggongan individu urban dari penjuru dunia

Banyak rasa tertuang dalam balutan satin ekspresi
Tanpa ada turbulensi yang berujung tendensi
Semua datang tanpa cuilan ekspektasi
Ada keasikan tersendiri di dalam wadah berbasis koneksi
Seperti jelujur yang dievaluasi, rapih dan cakap aksi
Membuat ketagihan seperti ganja dan ekstasi

Selamat datang dalam sastra singkat
Dimana dansa dansi kelompok huruf bertempur
Berebut ingin digunakan dan dipekerjakan
Bukan untuk keren-kerenan
Namun ada kebanggan dalam saringan 140 kesempatan

Parodi Huruf Tanpa Maksud Apa-Apa Jadi Engga Usah Mikir Ini Ada Artinya.

21.45 WIB

Setiap kata gue gulingkan layaknya kambing
Kalimat yang berhasil dirapihkan dalam saf-safnya
Setiap paragraf yang asam manis kayak belimbing
Yang berisi jargon dan siratan personifikasi
Merubah sutra menjadi surat bahkan tanda tanya
Atau sekedar permainan kelereng-kelereng emosi

Emosi dijait dengan benang gelasan
Paduan beling topi miring dan jelantah
Ada apa dibalik mural abjad yang berahasia
Mencari arti dalam lembar kamus hasil jarahan
Balada kehidupan sudut entah berantah
Inilah yang menjadi masalah gue sebagai manusia

Manusia berevolusi menurut teori Darwin
Manusia menteorikan manusia
Dari kera hingga mahkluk yang mengenal cinta
Gue kehabisan kata-kata karna ditiup angin
Engga ada lagi yang bersisa
Bahkan tanda titikpun gue engga punya

Tuesday, November 23, 2010

si awal

21.06 WIB

Bukan saatnya main salah salahan,
karena salah bukan permainan,
salah adalah kebenaran yang tertunda,
yang akan membuat benar terasa sempurna nantinya.

Bukan waktunya berebut menyalahkan diri masing-masing,
karena salah bukan piala apalagi sesuatu yang membuat bangga,
salah adalah kebenaran yang ditunda,
yang bisa membuat benar ditunggu kedatangannya.

Ini salah dari awal, dari awal sudah salah
Jadi, salahkan saja si awal
Mengapa harus jadi awal bila berani melupakan si akhir
Mungkin awal ingin mengajak sesal untuk bertemu dengan akhir
Karena awal, sesal, dan akhir akan bersatu
Menjadi satu kesatuan seperti lego-lego yang disusun
Yang membentuk sebuah bentuk, bentuk ergonomis
Yang dari kacamata perspektif terbagi menjadi tiga,
ada namanya di bagian belakang, bagian terkecil.
ada kata keliru di bagian depan, bagian terbesar.
dan air mata di antaranya.

Wednesday, November 17, 2010

seperti malam ini

19.30 WIB


Seperti memulai sesuatu di ruang yang gelap
Gue engga pernah yakin akan hasilnya
Seperti ditutup kain perca dalam melukis
Gue engga tau apa yang digoreskan di kanvas
Seperti ini dan seperti itu
Seperti malam ini.

Jika ada sesuatu yang bisa membuat perasaan melayang,
dan dilain waktu bisa membuat hati tersayat,
dan di hari lain bisa kembali beradu tinggi dengan layangan,
pasti sesuatu tadi namanya manusia.
Disebutkan bahwa yang membedakan manusia dan yang lain,
adalah kepemilikan akal.
Di mana akal bila hanya digunakan untuk menyakiti manusia lainnya?
Di mana adanya akal yang bisa menyembuhkan sebuah luka?
Luka yang kronis, yang dalam, yang membuat badan panas dingin
Seperti malam ini.

Siapa yang mengira bila yang namanya cinta bisa membinasakan rasa?
Yang gue jalani adalah menyambung garis putus-putus
Garis yang bila disambungkan akan menjadi sebuah prosa
Baris kata yang sempat hilang namun belum tenggelam
Bait kalimat yang belakangan sempat menyetrum hati
Namun tipu daya telah bercinta dengan dusta
Mengatasnamakan terlalu cinta
Dengan barisan keegoisan dia mengelabui gue, seperti kancil si anak nakal
Siapa dia sebenarnya?
Hati ini bukan wahana Dufan.
Bukan pula orkes satu malam.
Bukan sesuatu yang bisa membawa kesenangan sementara
Semuanya hancur lebur
Seperti malam ini.

Setelah lama lupa rasanya sakit
Kali ini datanglah wabah yang massive
Yang datang tanpa kawalan atau ketukan
Melesat seperti bintang jatuh
Yang jatuh tanpa ada yang tau dimana jatuhnya
Gue meronta dan dironta
Tidak lagi, tidak sekali sekali lagi mencoba
Sudah cukup.
Ini trauma namanya,
Seperti malam ini
Malam dimana hati ini berkerudung hitam
Berpayung hitam
Dibalut katun hitam
Berduka.

Tuesday, November 16, 2010

Animal Planet vs Taman Safari

19.00 WIB

Di mana letak bedanya? Letak ketidaksamaannya?
Setelah bertahun-tahun asik di depan TV ditemani remote
Menyaksikan, sebut saja, Animal Planet.
Kadang bisa sampai tertidur, Kadang bisa sambil makan
Kadang bisa diselingi mandi, Kadang bisa ini itu
Bisa sambil suka suka hati bicara
Menyaksikan seluruh tayangan di rumah,
tanpa harus beranjak memaksa kaki, tanpa harus ganti baju
Tanpa harus ada polesan di wajah atau bahkan takut rugi kalau tidak nonton.
Semuanya bisa dilakukan sejalan dengan senyum dan tanpa tendensi.

Kali ini raga menemukan kujurnya berjalan.
Mencoba mengunjungi langsung Taman Safari.
Cerita punya alkisah, istilah kekiniannya adalah terjun langsung.
Ingin merasakan ambiance berada di TKP.
Tertantang.
Bukan hanya kuda yang dipacu, namun adrenalin pun menjadi korbannya.
Yang baru selalu punya tempat.
Yang lama selalu punya alasan untuk menunggu.
Dan perjalanan dari satu kandang ke kandang yang lain menjadi lain dari yang lain.
Tak lagi memegang remote untuk mengendalikan volume suara,
Tak lagi bisa seenaknya meninggalkan area kalau kalau bosan melanda,
Semuanya serba mengikuti prosedur.
Namun menyenangkan.
Namun memberikan pengalaman tersendiri.
Namun..... *mencari alasan lain supaya perjalanan ini benar-benar lebih menarik ketimbang duduk di atas sofa dan seenaknya pindah-pindah saluran tv

Namun ada pertentangan di dalam sini.. (menunduk dan melihat ke dada)
Taman Safari tidak sama dengan Animal Planet.
Taman Safari terlalu punya banyak tempat untuk disinggahi,
Terlalu banyak pengujungnya,
Terlalu meluas hingga fokus pun tak bisa singgah,
Bukan Taman Safari tempat pengembara ini.
Di sini adrenalin yang dinomersatukan.
Bukan hormon itu yang ingin dikedepankan.
Hanya Animal Planet, Sofa, Remote, dan Rumah lah yang bisa menyentuh dopamin.
Memberi efek seperti morfin.

Ternyata memang belum ada yang bisa menggantikan
Belum ada yang bisa membuat rasa nyaman menjadi satu rasa yang mahal
Satu rasa yang dicari keujungnya duniapun belum tentu ada.
Hanya satu, hanya dia.

Friday, November 5, 2010

Maka..?

19.52 WIB

Bukan sekedar distorsi pengisi hening di perpustakaan
Bukan pula sorakan pemanis dalam pertandingan
Gue mulai terbiasa dengan ketololannya
Dengan kepolosannya
Dengan gaya bicaranya yang ceplas ceplos seperti petasan banting
Gaya bercandanya yang memaksa tawa ini terpelanting
Dia adalah dia.
Engga peduli dengan sekitarnya, masa bodokatanya
Dia berjalan tanpa beban, tanpa banyak rencana
Tanpa takut dan ragu, tanpa banyak ba bi bu

Perhatian gue teralihkan
Yang belum pernah ditaklukan, kini ditundukannya
Diajaknya mata ini bermain dengan dunianya
Ditunjukannya bahwa menunggu engga selamanya asik seperti karambol
Dijelaskan bahwa cinta untuk dinyatakan bukan dipendam. Gue tertampol.
Bahwa akhirnya dia bermain majas karena dia seperti sastra
Dia terlalu nyata untuk berjejer di rak SciFi atau Fantasy
Terlalu manis untuk diletakan di bagian Horror
Terlalu sederhana kalau dipaksakan masuk ke barisan Hobbies
Maka Literature lah yang paling sesuai menjadi porosnya
Seni menulis yang di dalamnya ada fiksi dan non fiksi
Seni yang membawanya bergerilya di hati ini
Seni yang membuat A B C menjadi cacat arti


Tanpa mengurangi rasa hormat
Topi ini diangkat.
Mengakui bahwa kesederhanaan selalu punya magis nya sendiri
Bahwa suka karena terbiasa adalah benar adanya, dan
Bahwa rasa nyaman seperti tidur di kasur air adalah magnet,
adalah perekat mata ini dengan matanya.
Kini tawanya menjadi favourite di malam hari
Sapanya menjadi molekul adiktif setiap pagi
dan dirinya menjadi yang ditunggu seperti Sabtu
Dia adalah dia.
Rahasia terdalam dari sebuah perasaan telah diketahuinya
Namun mulut masih dalam fase kontra
Enggan mengucap, enggan berbisik.
Biar mata yang mengambil alih, biar tangan yang berjabat.
Menghapus tanya yang ada, meniadakan jarak yang ada
Dia adalah dia, dia bisa menjadi kita.
Dia adalah kita dengan penambahan gue di dalamnya.
Maka?