Monday, June 7, 2010

toserba 24 jam

09.30 WIB

angka 2 ditambah angka 2, bukan jadi angka empat
gue lebih suka menulisnya 22
refleksi diri saat berkaca disebuah cermin lemari di dalam ruangan 4x4
siapa di sana?
bocah dengan ekspresi standar
benar-benar standar. seperti memakan mie instan tanpa cabe rawit, sawi, kol, dan telor.
biasa-biasa saja. seperti kaum mayoritas.
namun ada yang tak biasa
yang tak bisa ditangkap oleh si cermin

sosok itu tak berdiri karena dirinya sendiri
dia bukan patung yang sengaja dipahat untuk kokoh berdiri
bocah ini rapuh.
bocah ini sering menangis untuk hal-hal sepele.
cengeng.
namun sampai detik ini ia masih berdiri
setidaknya dia benar-benar berdiri
walau kadang menyender pada tembok atau rukuk sejenak
setidaknya masih berdiri
sekuat tenaga

gue bertanya dalam hati
ya, dalam hati saja sudah membuat gue gemetar
apa yang membuatnya bisa terus berdiri
gue tau betul apa-apa saja yang pernah menghampirinya
rasa sakit, kecewa, penat, duka, semua problematika manusia
dia kan manusia. hidupnya bersentuhan dengan orang lain
manusia bertemu manusia, lantas apa yang timbul?
suka. cocok. cinta. khianat. benci. suka lagi. merasa cocok lagi. dan seterusnya
rantai kehidupan. begitu terus. terus begitu.
lalu apa yang berbeda?
sama saja.

ada yang berbeda.

setiap orang punya caranya sendiri untuk bertahan
ada yang lari dari kenyataan
ada yang maju tak gentar
ada juga yang pasrah
ada juga yang berpura-pura tidak bermasalah

jangan bertele-tele, kawan.
sebutkan saja apa rahasianya

bocah tadi masih bercermin
tersenyum sesekali
walaupun senyumnyapun sama saja, standar.
ia mensyukuri apa yang dilihatnya
sosoknya masih bisa bertahan karena ada sosok lain di sekitarnya
sahabat.

persahabatan yang tidak biasa.
bukan, bukan karena dari temen jadi demen
BUKAN.
persahabatan yang nyaris tidak ada kata manis di dalamnya
cacian, makian, sindiran, pukulan, gebukan, hingga hal-hal anarkis lainnya
tapi mereka bersahabat
bocah dalam kaca tadi punya sahabat yang setia mendampinginya
sahabat yang diakuinya sahabat sejak dari rahim
begitu dekat. hingga tak ada satupun hal yang biasa disebut rahasia
setidaknya itulah yang ia tau
paling tidak itulah yang dilakukan bocah tadi pada sahabatnya

begitu dekat.
hingga tatapan mata, lirikan mata, senyum, dan bisu menjadi bahasa baru
tidak usah menghabis-habiskan tenaga hanya untuk berkata
'eeeehh liaaatt tuuh! ke kampus pake high gladiator! buset... mau ke mana dieeee??'
cukup melirik, senyum bersamaan, ledakan tawa, lalu diam.
gue suka melihat pemandangan seperti ini.
banyak yang suka.
banyak yang bertanya
dua sahabat tadi hanya tertawa
ambigu.



seperti toserba yang buka 24 jam non-stop
semua serba ada dan benar-benar tidak pernah tutup.
mau apa?
chiki dengan rasa curhat-tengah-malem ?
biskuit bbm-sampe ketiduran-paginya nyambung lagi ?
minuman ikutan-nangis-kalo-salah satu-ada-yang-cerita-sedih ?
atau sekedar obat ketawa-sampe-sakit-perut ?
semua benar-benar ada
dan nyata.

hampir tak pernah berselisih
hampir tak pernah bertengkar
namun hampir bukan berarti tidak pernah
mereka manusia yang punya ego
pernah. namun jarang. sangat jarang.

satu sama lain menjadi vitamin
saling menguatkan
saling memberi asupan tenaga
bukan hanya saat airmata menjadi tema
namun disaat tertawa berdua dirasa lebih indah
seperti persahabatan ini
yang berangsur jadi lebih dewasa
seperti umur-umur yang terus bertambah
seperti gue, si bocah, dan sahabat yang dari tadi disebut.
sahabat yang tanpa harus gue sebut namanya, dia pasti tau ini semua tentangnya


tamat.
namun persahabatan mereka masih bersambung.

No comments:

Post a Comment