Saturday, March 19, 2011

malam minggu

00.45 WIB

Engga ada kata yang engga punya arti
Begitu juga dengan rasa
Engga ada sekecilpun rasa yang engga punya makna
Dengan sedikit transparansi dan keberanian
Kata dan rasa bisa menjelma menjadi arti yang sarat makna
Semua terbukti, malam tadi

Menengok kebelakang, mengingat apa yang hilang
Tidak ada, rasa itu tetap di sana tanpa kurang suatu apapun
Namun memang belum lengkap selengkap bakso dengan sendok
Belum ada yang mengakomodir rasa itu
Rasa itu masih ada di dalam mangkok, dan belum sampai ke lidah
Tangan ini masih kelu, masih malu
Masih penuh perhitungan sejak tahun-tahun lalu
Ada takut, ada ragu, ada takut.
Takut lidah menolak suapan tadi, takut lidah enggan mencecap
Takut lidah hanya akan ini akan itu, akan menolak makan bakso-bakso selanjutnya

Namun malam ini, tangan ini belajar
Menyadari bahwa ada rasa di dalam mangkok yang harus disampaikan
Ada lidah di atas sana yang engga pernah tau gimana rasa bakso
Ada bakso yang ingin teksturnya dirasa dan diterima oleh lidah
Semua berkesinambungan, seperti rantai
Maka diantarkannya bakso ke dalam mulut, disambut oleh lidah

Prosesnya tidak mudah. Butuh beberapa kali basa basi
Butuh beberapa kali menaik turunkan sendok
Sampai akhirnya.....


Akhirnya :)

sabtu siang

23.50 WIB

Semua tidak terencana
Mengalir mulus seperti deru hulu ke hilir
Awalnya hanya digerakan oleh mesin bernama hati
Lalu diteruskan dengan serdadu yang disebut tangan dan kaki
Berkendara di sabtu siang dengan lagu cinta khas malam minggu muda mudi
Menghampiri seseorang yang sudah lama dikenal,

Ada cuilan Einsten siang tadi
Roda empat dipacu selambat mungkin bak kura-kura tanpa sepatu roda
Potongan keju yang bergumul mesra dengan tepung, krim, gula dan berpadan dengan oreo
menjadi pilihan yang dibawa untuknya
Hanya sepotong gigitan manis, tanpa ada tipu daya khas tukang sulap
Namun, ada yang berbeda
Ada dorongan dari sistem pedal-pedal dibawah kaki
Toko bunga. Sampailah gue di sana.
Ini kali pertama, ada kue dinikahkan dengan bunga dan diberikan padanya.

Jarum panjang dan pendek berlomba meluncur
Sedikit demi sedikit keringat ini bercucur
Bukan karena takut s'mua rencana hancur
Namun perasaan ini sudah lari dari yang tadi diatur
Dia datang. Dengan senyum khas yang tegas, engga lembek kayak bubur
Tak karuan rasanya. Seperti lolos dari ciuman busur
Seperti sulitnya mencari kata berakhiran ur ur ur ur
Untuk meneruskan cerita tadi siang yang berakhir tanpa baur

Cerita ini belum berakhir
Masih banyak rasa yang belum dapat gue namakan
Yang didefinisikan dengan bahasa yang ada hanya akan mengurangkan makna
Jadi, tunggu aja.
Sabar.
Tunggu waktu yang tepat.
Seperti apa yang terjadi barusan
Masih dalam lingkaran sabtu dan lagu malam minggu
Yang isinya seputar cinta, air mata, tertawa, dan ragu.

Tuesday, March 15, 2011

judulnya bingung

10.00 WIB

Lagi-lagi ada di persimpangan jalan
Tanpa papan reot dengan tulisan arah
Yang ada cuma tanda tanya dan kompas tanpa jarum
Bagaimana mau melangkah kalau bingung meraja
Kanan kiri tak kunjung berdiri gada-gada
Kemana angin bertiup pun rasanya kayak rahasia
Kaki berpijak pada tanah sarat kerikil
Tak membuat luka memang,
namun menyelekit rasa tak bernama

Raga ini masih setia
Ingin lanjutkan perjalananan sebelumnya
Bukan mau membuat legenda
Manusia cupu dengan sejuta cinta
Yang menunggu gebetannya sampai maut ngajak becanda
Bukan, bukan..
Kali ini beda rasanya
Engga bermaksud mencari buku yang sudah tamat dibaca
Apa daya buku itu bereproduksi lahirkan cetakan baru
Eksemplar demi eksemplarnya menggoda.. Tuk digoda.. Lagi..

Kembali di persimpangan..
Kembali tanyai hati..
Ingin lanjutkan yang sudah ada, atau mencoba membaca arah yang lain
Yang ada di dalam buku yang baru
Yang dulu tamat terbaca, namun kini hadir tawarkan yang beda
Cerita (yang mungkin) bahagia antar tokoh utamanya

Tuesday, March 8, 2011

wooyyy kangeeennn woooyyy!

21.00 WIB

satu rasa sarat makna
sederhana.
kayak rumah makan masakan padang
tanpa diskriminasi pada sapi dan ikan tentunya
ayam adalah juaranya
satu ayam bermacam tema
gulai, pop, goreng, bakarpun bisa
harganya juga sama

seperti itulah rasa ini ingin diketikan
diputar-putar dan dituturkan dalam layar
satu rasa, satu nama. tak tergantikan
rindu ini menjelma dalam asam manis sendokan acar
membuat gue tersenyum sendirian
tanpa ada lagi guratan gusar

hampir

19.30 WIB

rasanya hampir sama
hampir mirip walau tidak kembar
hampir seperti beberapa halaman sebelumnya
halaman yang sempat terhenti disatu angka
tidak maju, malah hampir mundur

buku itu hampir lupa gue baca,
hampir lupa gue tulis lagi tentang dirinya
karena memang tidak terjadi apa-apa
namun ada desakan seperti tumpukan manusia di halte transjakarta
sesak dan siap meledak kapan saja
desakan rindu. desakan kangen. desakan desakan yang membuat tangan ini bergerak
buku itu masih ada di sana, halaman terakhir yang gue baca pun masih sama
memang belum ada cerita kelanjutannya

jari ini melakukan pemanasan
bukan senam skj atau aerobik dengan lagu keriaan
cukup menari perlahan, gabungkan diri dengan tokoh yang satu lagi
tidak mudah memang, memang tidak mudah
terlalu banyak cerita yang terlewat
terlalu banyak rasa yang dulu benderang tapi redup sekarang
dulu ada 4 tapak di setiap langkah, tapi kini hanya 2 dan hilang arah

perlahan gue memasuki cerita yang dulu menjadi primadona
bintang utamanya masih dia
dan akan tetap dia, karena ini cerita tentang gue dan dia
lucu rasanya, walaupun lucu memang bukan sebuah rasa
bertemu dengannya, deg-deg-an itu ada
rasa yang dulu jarang muncul karna berjalan bersamanya adalah biasa
seperti ada korsleting
mengejutkan dan meninggalkan jejak

ternyata gue benar ingin lanjutkan cerita ini
cerita yang gue mulai dan belum bisa berhenti
setidaknya jangan dulu berhenti
sebelum hati ini bergerilya lagi
menyusun strategi bak panglima perang dengan senjata api
yang ingin merebut kembali denyut-denyut nadi pujaan hati