Tuesday, March 8, 2011

hampir

19.30 WIB

rasanya hampir sama
hampir mirip walau tidak kembar
hampir seperti beberapa halaman sebelumnya
halaman yang sempat terhenti disatu angka
tidak maju, malah hampir mundur

buku itu hampir lupa gue baca,
hampir lupa gue tulis lagi tentang dirinya
karena memang tidak terjadi apa-apa
namun ada desakan seperti tumpukan manusia di halte transjakarta
sesak dan siap meledak kapan saja
desakan rindu. desakan kangen. desakan desakan yang membuat tangan ini bergerak
buku itu masih ada di sana, halaman terakhir yang gue baca pun masih sama
memang belum ada cerita kelanjutannya

jari ini melakukan pemanasan
bukan senam skj atau aerobik dengan lagu keriaan
cukup menari perlahan, gabungkan diri dengan tokoh yang satu lagi
tidak mudah memang, memang tidak mudah
terlalu banyak cerita yang terlewat
terlalu banyak rasa yang dulu benderang tapi redup sekarang
dulu ada 4 tapak di setiap langkah, tapi kini hanya 2 dan hilang arah

perlahan gue memasuki cerita yang dulu menjadi primadona
bintang utamanya masih dia
dan akan tetap dia, karena ini cerita tentang gue dan dia
lucu rasanya, walaupun lucu memang bukan sebuah rasa
bertemu dengannya, deg-deg-an itu ada
rasa yang dulu jarang muncul karna berjalan bersamanya adalah biasa
seperti ada korsleting
mengejutkan dan meninggalkan jejak

ternyata gue benar ingin lanjutkan cerita ini
cerita yang gue mulai dan belum bisa berhenti
setidaknya jangan dulu berhenti
sebelum hati ini bergerilya lagi
menyusun strategi bak panglima perang dengan senjata api
yang ingin merebut kembali denyut-denyut nadi pujaan hati

No comments:

Post a Comment