Wednesday, November 17, 2010

seperti malam ini

19.30 WIB


Seperti memulai sesuatu di ruang yang gelap
Gue engga pernah yakin akan hasilnya
Seperti ditutup kain perca dalam melukis
Gue engga tau apa yang digoreskan di kanvas
Seperti ini dan seperti itu
Seperti malam ini.

Jika ada sesuatu yang bisa membuat perasaan melayang,
dan dilain waktu bisa membuat hati tersayat,
dan di hari lain bisa kembali beradu tinggi dengan layangan,
pasti sesuatu tadi namanya manusia.
Disebutkan bahwa yang membedakan manusia dan yang lain,
adalah kepemilikan akal.
Di mana akal bila hanya digunakan untuk menyakiti manusia lainnya?
Di mana adanya akal yang bisa menyembuhkan sebuah luka?
Luka yang kronis, yang dalam, yang membuat badan panas dingin
Seperti malam ini.

Siapa yang mengira bila yang namanya cinta bisa membinasakan rasa?
Yang gue jalani adalah menyambung garis putus-putus
Garis yang bila disambungkan akan menjadi sebuah prosa
Baris kata yang sempat hilang namun belum tenggelam
Bait kalimat yang belakangan sempat menyetrum hati
Namun tipu daya telah bercinta dengan dusta
Mengatasnamakan terlalu cinta
Dengan barisan keegoisan dia mengelabui gue, seperti kancil si anak nakal
Siapa dia sebenarnya?
Hati ini bukan wahana Dufan.
Bukan pula orkes satu malam.
Bukan sesuatu yang bisa membawa kesenangan sementara
Semuanya hancur lebur
Seperti malam ini.

Setelah lama lupa rasanya sakit
Kali ini datanglah wabah yang massive
Yang datang tanpa kawalan atau ketukan
Melesat seperti bintang jatuh
Yang jatuh tanpa ada yang tau dimana jatuhnya
Gue meronta dan dironta
Tidak lagi, tidak sekali sekali lagi mencoba
Sudah cukup.
Ini trauma namanya,
Seperti malam ini
Malam dimana hati ini berkerudung hitam
Berpayung hitam
Dibalut katun hitam
Berduka.

No comments:

Post a Comment